Sabtu, 16 Juli 2011

Diam, Penyelesaian Semua Masalah?


Pernikahan selalu tak akan lepas dari masalah. Mulai dari masalah kecil sampai yang besar, datang silih berganti menimpa biduk rumah tangga. Banyak dari pasangan menilai bahwa diam adalah solusi. Ketakutan mereka akan tersakitinya orang terkasih atau ketakutan atas memperbesar konflik adalah selalu menjadi dalih utama. Kesalahan demi kesalahan, yang sama, dibiarkannya tetap menjadi sebuah kesalahan tanpa adanya koreksi yang berarti. Tapi benarkah diam selalunya menjadi solusi yang terbaik, sekaligus bisa menghindarkan konflik dalam pecahnya sebuah hubungan rumah tangga?

Pernahkah perasaan menyesal menghampiri kita, saat pasangan kita mendapatkan hantaman kritik justru dari orang lain yang terlebih dahulu menguak kelemahannya dari pada kita?. Lalu kemanakah kita? apakah kita sibuk dengan diri sendiri sehingga kita harus melupakan bahwa pasangan kita membutuhkan seseorang yang bisa memberikan kritik dengan kasih sekaligus solusi , tidak seperti orang lain yang hanya bisa memberikan kritik penuh penghakiman? Maka bicaralah dengan pasangan anda, tentang apapun uneg- uneng anda. Dia adalah yang paling pantas dimana anda harus berkata jujur atas kelemahan dan kekurangan anda dan sekaligus dirinya sendiri. Bagi anda yang diposisikan untuk mendengar, maka tawarkan solusi tanpa harus membuatnya lebih bingung atau merasa lebih rendah, pahami dengan penuh empati dan jangan hanya diam.

Jangan sampai kita mendiamkan kelemahan pasangan kita, tanpa memperingatkan dia apapun apalagi sampai tidak memberi solusi. Jangan sampai orang lain justru yang menegurnya atas kesalahan sebagai efek dari kelemahan yang dia sendiri mungkin tidak sadar. Jika sudah begini, apa gunanya orang terdekatnya yaitu kita?. Allah mengkaruniakan mulut dan lidah untuk menyampaikan kata- kata penuh berkah, nasehat dan kebaikan terutama bagi pasangan kita sendiri. Kalau bukan kita yang menjadi pagar dan alarm atas semua kekurangannya, maka siapa lagi?

Namun komunikasi bukan berarti pula memenuhi telinganya dengan sederet nasehat yang justru membuatnya seperti anak kecil yang sedang dalam perbaikan. Komunikasi adalah tentang kerjasama dan solusi pemecahan atas sebuah masalah tanpa harus menyakiti. Semua akan terjadi apabila kedua belah pihak sama- sama tahu diri dan mencoba membuka hati serta melepaskan gengsi dari semua kekurangan yang di anugrahkan Allah kepadanya. Orang yang penuh gengsi dan merasa dirinya sudah dan selalu benar, sebenarnya adalah orang yang merugi. Betapa tidak, dengan kepercayaan itu, dia justru menghentikan proses belajar dan perbaikan atas dirinya sendiri, karena prosesnya untuk naik dirasa sudah sangat cukup. Bahkan dia merasa lebih tinggi dari orang lain, sehingga tidak perlulah yang namanya koreksi. Padahal kita baik menurut diri kita adalah dari yang kita pikir, tapi orang lain melihat kita baik adalah dari yang sudah kita lakukan.

Tak ada guna menyembunyikan kekurangan diri dan mendiamkan kekurangan pasangan hanya dalam hati saja, kecuali jika anda memang tidak mencintainya. Dalam arti juga, anda tidak perduli padanya. Mengasihi adalah menjaga sesuatu yang kita miliki agar selalunya baik, dan jangan sampai orang lain juga memandang rendah atas pasangan yang kita kasihi. Dan siapa lagi yang dapat memberikan saran yang lebih baik selain kita sendiri sebagai pasangan dan sahabat terdekatnya. Bukankah sahabat adalah penasehat yang penuh kasih?

Pun ketika kita mengharapkan sesuatu dari pasangan kita. Mereka bukan tuhan yang bisa mengetahui sedetail apapun pikiran kita.
Apa jadinya jika suami istri minta saling dipahami tanpa salah satunya berkata bagaimana selera dia untuk dipahami?

Betapa ruginya bagi orang - orangg yang membiarkan masalah dengan diam atau mendiamkan masalah karena dalih takut menyakiti. Karena hal tersebut adalah seperti menyimpan bom waktu sebuah kesakitan yang tinggal menunggu waktu saja untuk meledaknya. Percayalah bahwa bertemunya kita dengan pasangan adalah sudah menjadi skenario Allah untuk perbaikan hidup kita menuju yang lebih baik. Maka jangan biarkan pernikahan hanya tinggal sekedar status tanpa adanya ikatan kasih diantara dua hati. Kalau dalam hal lain, diam itu adalah emas, maka dalam hal permasalahan suami istri, diam bisa berarti bom waktu. Bom waktu yang jika dibiarkan terus menerus tanpa komunikasi kasih sayang keduanya, maka ledakan itu akan sangat menyakiti bukan hanya bagi kedua pasangan, namun semua orang yang mengasihi dan dikasihi oleh mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar